Pesan Nasi Tumpeng di Setiabudi – Makanan yang berasal dari kedelai umunya berasal dari China atau Jepang, namun tidak dengan tempe. Tempe murni berasal dari Indonesia. Tidak ada kejelasan tentang di Tahun berapa tempe ditemukan dan mulai dibuat. Namun yang pasti sudah ada sejak berabad-abad lalu. Terutama dalam tatanan kuliner masyarakat Jawa. Seperti di Jogjakarta dan Surakarta.
Serat Centhini yang menyebutkan kadhele tempe srundengan, dalam hidangan jae santen tempe. Dan ditarik benang merah sejarah masyarakat pedesaan tradisional Jawa. Dan kemudian berkembang ke kerajaan Mataram sebelum abad 16 silam.
Tempe berasal dari bahasa Jawa kuno, yakni untuk menyebut makanan putih yang terbuat dari tepung sagu dan dinamakan tumpi. Tempe segar yang berwarna putih, sangat mirip dengan tumpi yang dimaksud ini.
Sumber lain menyebutkan, tempe mulai dikenal saat era sistem tanam paksa tahun 1875 dalam kamus Bahasa Belanda-Jawa. Pada saat itu, penduduk Jawa memanfaatkan hasil pekarangan sebagai bahan pangan untuk bertahan hidup.
Pesan Nasi Tumpeng di Setiabudi
Indonesia merupakan Negara yang menjadi pasar kedelai terbesar di Adia. Dan juga sebagai produsen Tempe terbesar di dunia. Bagaimana tidak, sejumlah 50% konsumsi kedelai dan olahan kedelai Indonesia adalah berbentuk tempe, 40% tahu, dan 10% seperti kecap, tauco, dsb. Konsumsi tempe rata-rata masyarakat Indonesia adalah 6,45 kg/tahun/jiwa.
Saat jepang menjajah Indonesia, tempe adalah penyelamat para tahanan perang yang mengkonsumsi tempe sehingga terhindar dari busung lapar dan disentri. Bahkan banyak yang menyebutkan bahwa era 1940 hingga 1960-an, tahanan perang dunia II sebagian besar berhasil selamat karena tempe.
Tempe yang kaya protein, kala itu menyelamatkan masyarakat Indonesia yang berpenghasilan rendah sukar mendapat asupan protein.
Namun karena harganya yang murah dan sangat umum sekali dikonsumsi, tempe seringkali dinilai bermutu rendah. Banyak sekali istilah yang mendiskreditkan tempe. Seperti “mental tempe”, “kelas tempe”,”nyali tempe”. Bahkan Bapak proklamator Soekarno pernah berseru; “Jangan menjadi bangsa tempe”. Baru pada tahun 1960-an, pandangan rendah tentang tempe perlahan berubah.
Pada tahun 1960, bungkus tempe yang tadinya masih daun pisang, mulai berangsung beralih ke plastik polietinela, laru tradisional juga mulai digantikan oleh ragi berbasis tepung. Kedelai yang sebelumnya impor, mulai menggunakan kedelai lokal sehingga kualitasnya meningkat dan harganya menurun.
1980, produksi tempe kian meningkat dan industrinya mulai mengalami perkembangan modernisasi. Sebagian besar berkat peran dari Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI), yang saat itu beranggotakan 28.000 produsen tempe.
SNI 3144:2009, adalah SNI resmi yang dikeluarkan untuk standar teknis tempe yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 silam. Yakni dengan catatan; “produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp. berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe.”
Tempe dari Masa ke Masa
Selain menjadi lauk nasi tumpeng yang ada saat Anda Pesan Nasi Tumpeng Di Setiabudi, tempe adalah bagian dari sejarah Indonesia. Yang termasuk dalam kearifan lokal tatanan masyarakat yang wajib dijaga dan dipertahankan.
Sekarang sangat banyak sekali ragam olahan dan produk dari tempe contohnya kripik tempe. Tempe sejak dulu telah menghiasi pasar tradisional hingga Internasional. Tidak hanya dinikmati oleh masyarakat bawah, tempe juga bisa menembus kuliner kelas tinggi. Banyak sekali chef terkenal yang mengolah tempe menjadi hidangan yang eksklusif dan bernilai jual tinggi.
Tempe adalah sejarah dan saksi, bahwa Indonesia sebagai produsen berbagai makanan dan rempah terbaik. Sejak dulu hingga sekarang.